Senin, 18 Agustus 2008

Ingin Seperti Mega


Nampaknya, perebutan kursi legislatif Kabupaten Pontianak 2009, akan semakin ramai, dengan munculnya figur-figur muda dari kaum hawa. Satu di antaranya adalah Zety Aisyah, lulusan Akper Muhammadiyah Pontianak yang baru berusia 21 tahun.

Dengan sabar, gadis dengan tinggi 168 cm ini mengurus semua berkas persyaratan menjadi calon legislatif (caleg) 2009 dari PDIP.

“Aku ingin seperti Ibu Mega,” ujar Zety, kepada Tribun, ditemui di Sekretariat DPC PDIP Kabupaten Pontianak, Rabu (13/8).

Menurut dia, mantan presiden RI, Megawati Soekarnoputri, adalah contoh dari suksesnya perempuan di kancah perpolitikan. “Perempuan kan setara dengan pria, ya jelas harus memiliki keterwakilan di DPRD,” tutur Zety, bersemangat.

Ia menilai, eksistensi wanita di dunia politik, akan memberi dimensi berbeda, menjadi penyejuk, dan jauh dari konotasi kecurangan dan kekerasan.

Gadis yang pernah duduk di bangku SMAN 2 Mempawah itu, berpendapat, menjadi anggota legislatif merupakan amanah. “Bila terpilih, tentunya suara rakyat akan menjadi prioritas pejuangan. Amanah itu janji, jika tidak dijalakan maka akan ingkar janji,” tandasnya, kembali memberikan senyuman manis.

Namun, Zety menolak jika dikatakan menjadi caleg merupakan pelarian dari sulitnya mencari lapangan pekerjaan. “Saya konsisten kok, dari awal saya sudah kuatkan mental,” timpalnya seraya tertawa.

Ditanyakan mengenai partai pilihannya, Zety yakin PDIP akan memberi peluang kepada kaum perempuan untuk menunjukkan daya saing di medan politik. “Aku ngelihat, PDIP lebih terbuka, pokoknya aku percaya deh,” ujarnya manja.

Untuk peluang terpilih, gadis berambut sebahu itu tidak banyak berkomentar. “Aku punya strategi, tapi rahasia lho,” katanya mengakhiri pembicaraan.(dng)

Tidak Takut Istri Kampanye


Suami mana yang tidak bimbang jika istri dikerumuni banyak orang? Namun, tidak demikian bagi, Japari H Sya’rani , suami dari Aida Mokhtar.

Meski berbagai rumor yang mengatakan Pilbup lebih rawan dari pemilihan gubernur yang lalu, ia tetap tenang. “Kata orang dunia politik itu keras, tapi saya percaya, dengan pengalaman dan kemampuannya, istri saya dapat menjadi penyejuk saat musim kampanye dimulai,” tutur Japari, ditemui sebelum pengembalian formulir oleh pasangan Johni-Aida.

Baginya, proses kampanye adalah hal biasa, dipenuhi oleh riuh dan teriakan para pendukung.”Ibu Aida pastinya sudah terbiasa dengan ranah pemilu ini, apalagi sebelumnya dia ikut menyukseskan pemilu 2004 dan Pilgub beberapa waktu yang lalu,” ujar pria yang selalu tersenyum kalem itu.

Kata dia, sebagai seorang suami, dirinya mendukung penuh keinginan pasangan hidupnya untuk menjadi calon wakil bupati dari jalur perseorangan. “Anak-anak juga mendukung, mereka sudah terbiasa pada kesibukan ibunya,” timpal Sekretaris KPAID Kalbar dengan wajah berbinar.

Japari semakin yakin melepas istrinya untuk ikut berlaga pada pilbup Kabupaten Pontianak, karena ia menilai masyarakat Kalbar telah dewasa dalam menentukan figur pemimpin. “Buktinya, event demokrasi diberbagai daerah dan propinsi dapat berjalan dengan aman dan lancar,” tambah bapak tiga anak itu, sembari mengutak-atik handphone di genggamannya.

Ia menceritakan, keinginan istrinya, Aida Mochtar, untuk menjadi calon wakil bupati dari jalur perseorangan, diutarakan saat dua hari sebelum penutupan menjadi Panwas Provinsi. “Sebelumnya istri saya tidak lolos untuk terpilih kembali menjadi anggota KPU Kalbar,” tandas Japari.

Beberapa hari kemudian, Aida pun dipinang untuk menjadi balon wakil bupati oleh Johni Hasan. Aida menerima amanah tersebut dengan penuh berkah. “Istri saya solat istikarah selama tiga hari untuk menentukan pilihan,” ujar Japari kembali tersenyum.

Bicara mengenai tanggungjawab Aida sebagai istri dan ibu, dia meyakinkan bahwa semua itu dapat dengan mudah diselesaikan. “Yang penting adalah kualitas pertemuan, apalagi sekarang teknologi sudah mutakhir, kemana saja kita bisa saling ngobrol, kok,” kata Japari kemudian beranjak bergabung dengan istrinya, Aida Mokhtar.(dng)