Senin, 15 September 2008

Jejak ELMO di Mempawah



Hanya Satu Cinta

MEMPAWAH, TRIBUN – Peringatan HUT RI ke-63 di Kota Mempawah, akan semakin meriah, dengan hadirnya pendatang baru di blantika musik tanah air, Group ELMO, yang manggung di GOR Upu Daeng Manambon, Sabtu (16/8) malam.

Group, yang terdiri dari, Aang (Bass), Abeks(Drum), Kano(Gitar), Eed(Gitar), dan sang vokalis, Webi, hadir untuk mempromosikan album perdana mereka ‘Hanya Satu Cinta’.

“Baru pertama kali, ini saya ke Mempawah,” ujar Webi, kepada Tribun, (16/8) siang. Pemuda dengan nama, Webi Aidisasma Anra, mengaku kagum dengan tata kota Mempawah yang apik dan bersih.

“Ya, tapi agak sedikit panas. Mungkin karena terletak di garis Khatulistiwa,” balas Kano, sambil tertawa.

Ditanyakan alasan menggunakan judul yang lumayan melankolis untuk rilis album, Webi menyahut, bahwa manusia harus saling setia. “Makanya pakai nama Hanya Satu Cinta,” tutur lelaki dengan tinggi sekitar 178 cm itu.

Rencananya, 5 sekawan yang bertemu di audisi dream band 3 oleh manajemen Hai Music dan TV 7 pada 2006, akan melakukan promo ke Kota Singkawang dan Pontianak. “Mungkin tanggal 20, kita kembali ke Jakarta,” jelas Webi.

Untuk lagu andalan, dalam album perdana ini, Elmo melesatkan single ‘Mampu Bertahan’. “Lagu ini terinspirasi dari pengalaman pribadi, dan juga memiliki harapan agar goup kami akan terus langgeng,” ujar Webi, disambut tawa anggota lainnya.

Sang vokalis pulalah yang menulis lagu ‘Mampu Bertahan’, musik tersebut semakin megah karena mendapat sentuhan dari Andi Bayou, sebagai produser. ‘Mampu Bertahan’ dipilih sebagai singgle pertama, bukan hanya kental warna pop akustiknya, namun mengusung pesan positif, bahwa gagalnya suatu hubungan tidak bearti akhir dari segalanya.

Album dengan 10 lagu ini, bukan karya gampangan karena diseleksi dari 30 lagu yang telah dibuat ELMO. Meminjam istilah dari banyak pengamat, karya musik harus bisa dipertanggungjawabkan dari sisi kualitas vokal dan attitude para personelnya.

Meski terbilang tenar, ELMO tidak berbusung dada, Aang, pemain bass, meyakin kelompok mereka siap melayani semua fans di Kota Mempawah yang ingin bercengkrama. “Apa lagi sekarangkan momentnya HUT RI,” timpal Aang Nuril Anwar, seraya mengangguk.

Group dengan musik pop akustik itu, juga telah mengunjungi SMAN I Siantan, SMAN I Sui Pinyuh, SMAN I dan SMAN II Mempawah. “Kalau bisa, kami ingin memancing di Temajo,” ujar Webi.

Bicara patriotisme, group ini, memiliki keinginan untuk menciptaka sebuah lagu yang bernuansa nasionalis. “Niat ada, namun belum sekarang,” jelas Webi. Menurut dia, sudah saatnya generasi muda, untuk menghargai jerih payah perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan, dengan cara terus berkarya sesuai dengan kemampuannya.

ELMO juga menegaskan, bahwa mereka menolak penggunaan narkoba, serta pergaulan bebas yang saat ini semakin marak menggrogoti dunia entertainment. “Tanpa drugs, kita bisa berkarya dengan bersih. Kalau mikirin cewek, ya manusiawi, tapi kita tetap pada prinsip untuk terus profesional,” tegas Aang, diiringi anggukan semua personil.(dng)


Pintu Neraka Dibuka Untuk Sehari


* Prosesi Sembahyang Rampas

Suasana berbeda terasa di Kelenteng Tri Dharma, Kuala Mempawah. Telihat ramai warga Tionghoa sedang sibuk melakukan ibadah. Pimpinan kelenteng, Sinsang Liu Thien Sen, khusuk mengucapkan mantra, meminta petunjuk dari Dewa Tanah atau Pekong, Jumat (15/8).

Petunjuk diminta untuk melaksanakan prosesi Sembahyang Rampas, suatu upacara yang dilaksanakan sekali dalam setahun, yang menurut penanggalan Imlek, jatuh pada tanggal 15, bulan 7.

Sinsang Liu, yang sedari tadi berdoa, kemudian melemparkan dua bongkah kayu berbentuk bulan sabit, seukuran genggaman tangan, kemudian tersenyum. “Ini namanya Sin Kau, bila dilempar, dan hasilnya dua sisi yang berbeda, bearti dewa telah setuju pelaksanaan Sembahyang Rampas,” ujarnya kepada Tribun.

Kata dia, upacara tersebut dilakukan, untuk memberi makan pada arwah yang terlantar dan tidak tentram. “Banyak sekali yang tidak mengunjungi kuburan leluhur, saat ini,” jelas Liu.

Pria berusia 70 tahun itu menjelaskan, pada perayaan Sembahyang Rampas, pintu neraka dibuka selama sehari. Kesempatan, untuk para arwah bertandang kebumi, diibaratkan kesempatan berliburan dari penjara.

“Jadi kita siapkan sesaji, untuk dinikmati para arwah,” kata Liu, sambil tersenyum. Sesaji berupa makanan, seperti, nenas, jeruk, tebu, ubi, mie instan, dan daging.

Menurut dia, mesti tak tampak, saat itu, arwah sedang menikmati makanan. “Sekitar pukul 17:00 WIB, semua sesaji boleh diambil oleh warga,” tandasnya.

Bukan itu saja yang dilakukan Sinsang Liu, ia juga membakar Kimci, atau yang biasa dikenal sebagai uang neraka. Dengan Kimci, diharapkan arwah sanak keluarga, tidak kekurangan uang di alam baka, karena menurut Liu, di sana suasananya tidak jauh berbeda dengan dunia fana.

Kimci juga, ada yang tak perlu dibakar, hanya ditaburkan saja. “Ini uang kecil, ditaburkan dijalan. Yah, seperti kita memberi sedekah pada arwah yang melarat,” tambahnya lagi.

Selain itu, terdapat kertas yang dinamakan Shien Thien atau uang para dewa. Uang ini juga dibakar, sebagai persembahan kepada penguasa alam. Kemudian Tribun menanyakan, kenapa dewa memerlukan uang, padahal Ia telah memiliki kekuasaan.

Dengan tersenyum Liu menjawab, “ Seperti di Dunia, presiden juga memerlukan biaya untuk melaksanakan tugasnya.”

Untuk perlengkapan arwah, Sinsang Liu bersama pengunjung, juga membakar replika pakaian, sepatu, dll, yang terbuat dari kertas, sebagai oleh-oleh pulang keneraka.(dng)