Senin, 15 September 2008

Pintu Neraka Dibuka Untuk Sehari


* Prosesi Sembahyang Rampas

Suasana berbeda terasa di Kelenteng Tri Dharma, Kuala Mempawah. Telihat ramai warga Tionghoa sedang sibuk melakukan ibadah. Pimpinan kelenteng, Sinsang Liu Thien Sen, khusuk mengucapkan mantra, meminta petunjuk dari Dewa Tanah atau Pekong, Jumat (15/8).

Petunjuk diminta untuk melaksanakan prosesi Sembahyang Rampas, suatu upacara yang dilaksanakan sekali dalam setahun, yang menurut penanggalan Imlek, jatuh pada tanggal 15, bulan 7.

Sinsang Liu, yang sedari tadi berdoa, kemudian melemparkan dua bongkah kayu berbentuk bulan sabit, seukuran genggaman tangan, kemudian tersenyum. “Ini namanya Sin Kau, bila dilempar, dan hasilnya dua sisi yang berbeda, bearti dewa telah setuju pelaksanaan Sembahyang Rampas,” ujarnya kepada Tribun.

Kata dia, upacara tersebut dilakukan, untuk memberi makan pada arwah yang terlantar dan tidak tentram. “Banyak sekali yang tidak mengunjungi kuburan leluhur, saat ini,” jelas Liu.

Pria berusia 70 tahun itu menjelaskan, pada perayaan Sembahyang Rampas, pintu neraka dibuka selama sehari. Kesempatan, untuk para arwah bertandang kebumi, diibaratkan kesempatan berliburan dari penjara.

“Jadi kita siapkan sesaji, untuk dinikmati para arwah,” kata Liu, sambil tersenyum. Sesaji berupa makanan, seperti, nenas, jeruk, tebu, ubi, mie instan, dan daging.

Menurut dia, mesti tak tampak, saat itu, arwah sedang menikmati makanan. “Sekitar pukul 17:00 WIB, semua sesaji boleh diambil oleh warga,” tandasnya.

Bukan itu saja yang dilakukan Sinsang Liu, ia juga membakar Kimci, atau yang biasa dikenal sebagai uang neraka. Dengan Kimci, diharapkan arwah sanak keluarga, tidak kekurangan uang di alam baka, karena menurut Liu, di sana suasananya tidak jauh berbeda dengan dunia fana.

Kimci juga, ada yang tak perlu dibakar, hanya ditaburkan saja. “Ini uang kecil, ditaburkan dijalan. Yah, seperti kita memberi sedekah pada arwah yang melarat,” tambahnya lagi.

Selain itu, terdapat kertas yang dinamakan Shien Thien atau uang para dewa. Uang ini juga dibakar, sebagai persembahan kepada penguasa alam. Kemudian Tribun menanyakan, kenapa dewa memerlukan uang, padahal Ia telah memiliki kekuasaan.

Dengan tersenyum Liu menjawab, “ Seperti di Dunia, presiden juga memerlukan biaya untuk melaksanakan tugasnya.”

Untuk perlengkapan arwah, Sinsang Liu bersama pengunjung, juga membakar replika pakaian, sepatu, dll, yang terbuat dari kertas, sebagai oleh-oleh pulang keneraka.(dng)

Tidak ada komentar: