Senin, 21 Juli 2008

Berawal dari Hobi



Siapa bilang hobi tidak bisa berubah menjadi profesi, setidaknya itulah yang terjadi pada Heu Ki Nen, pengusaha tambak ikan di Sungai Mempawah.

Dari hobi memancing dan memelihara ikan, pada tahun 1993, pria yang biasa dipanggil Anen ini, mencoba berbisnis ikan. Ia membuka sepuluh tambak ikan pada waktu itu.

“Modalnya pertama kali sekitar Rp 10 juta,” ujar Anen, sambil menggendong keponakannya.

Saat ini, ia memiliki lebih dari 50 tambak yang dipenuhi ikan dari berbagai jenis, diantaranya, Ikan mas, Nila, dan Paten.

“Saya yang pertama kali membuka tambak di Mempawah ini. Kala itu masyarakat belum terbiasa dengan Ikan Mas, jadi bisa dibilang di Mempawah saya yang mengenalkan,” katanya sambil tersenyum.

Ikan dari tambak Anen, di konsumsi seantero Kabupaten Pontianak, bukan itu saja, pria berusia 42 tahun ini, memasarkan hasil tambaknya ke semua kabupaten yang ada di Kalbar. Setiap panen, pria kelahiran Kota Mempawah itu, bisa menghasilkan 500 – 1000 kg ikan.

Pemasaran ikan Anen bisa diterima luas karena hasil panen tambaknya segar dan relatif murah. Untuk Ikan Mas, ia mematok harga Rp 25 ribu, sedangkan ikan nila dijual seharga Rp 20 ribu, untuk Ikan Paten, lebih murah lagi yaitu Rp 15 ribu.

Sasaran penjualan ikan, biasanya adalah pedagang ikan air tawar yang ada diseluruh Kalbar, namun Anen juga memasok ikan pada rumah makan yang ada di kota Mempawah. “Saya ada juga mengirim ikan untuk Restoran Istana Buah Pontianak,” tambahnya sambil melemparkan pakan ikan kedalam tambak.

Kata dia, memelihara ikan, sepintas lalu terlihat mudah, padahal memerlukan perhatian, ketekunan, dan modal lumayan besar.

“Sekarang untuk membuka tambak seperti yang saya miliki diperlukan biaya sekitar Rp 200 juta,” ujar Anen.

Untuk pakan ikan saja, biaya yang dikeluarkan cukup menguras dompet, tambak ikan yang menghampar spanjang 50 meter itu, memerlukan 5 - 15 karung pakan tiap 3 hari. Satu karung berisi 30 kg pakan berjenis Pokpan itu, dengan harga per-kg Pokpan Rp 7 ribu, jadi minimal biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 350 ribu per harinya.

Belum lagi biaya karyawan yang menjaga tambak tersebut, yang terdiri dari empat orang, dengan gaji bervariasi, dari Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu per orang tiap bulan.

Selain Biaya, ketekunan juga penting, karena tambak ikan perlu dijaga dari pemangsa alami seperti Ikan toman dan ular. “Makanya tiap petak tambak dilapisi dua dinding jaring,” jelas pria yang masih lajang ini.

Rintangan lain yang dihadapi dalam menakar ikan di Sungai Mempawah, adalah masuknya air laut kesungai, ikan Mas tidak dapat bertahan hidup di air asin. “Apa lagi kalau musim kemarau, bila air laut masuk kesungai, kadar garam akan tinggi,” pungkasnya, seraya menangkap seokor ikan Mas.

Namun semua kelelahan menakar ikan sirna setelah hasil ikan dipanen dan dijual. “Kalu sudah panen, saya merasa ada kepuasan tersendiri,” kata dia, menimang-nimang ikan di tangannya.

Anen menceritakan, pada 1997 ia sempat memiliki 125 tambak ikan, dengan pemasaran yang luas, saat itu adalah puncak kejayaannya. “Saya memasok ikan di berbagai restoran dan tempat pemancingan,” timpalnya.

Tak disangka, setahun kemudian pada 1998, bisnis yang dijalankannya goncang akibat krisis moneter yang terjadi. Tambak ikannyapun tak berisi dan satu persatu hilang fungsi dan rusak.

“Penghasilan jatuh drastis, masyarakat tidak mampu membeli ikan dengan harga tinggi, jadi kita jual apa adanya,” Anen mengisahkan. Tapi, ia bukan pengusaha yang mudah menyerah, tahun 2001, dengan perjuangan keras ia berhasil membangun kembali tambaknya.

Sebenarnya, kejadian pahit pernah terjadi sebelumnya pada 1995, kala itu, selain memiliki tambak ikan, Anen membuka toko perhiasan emas. Tak disangka pada tahun sial itu, toko emasnya digondol maling. “Brankasnya diangkut pencuri waktu itu. Saya sempat pusing, tapi dengan tekad bulat saya meneruskan usaha tambak ikan yang tersisa,” tegasnya.

Dari semua pengalaman pahit yang dilaluinya, Anen menarik suatu pelajaran, jangan pernah menyerah terhadap nasib. “Dulu, kalau ingat kena rampok perasaan saya sedih, tapi sekarang saya malah ketawa,” ujarnya sambil mengangguk.(dng)

Tidak ada komentar: