Senin, 21 Juli 2008

Pantai Kijing Nasibmu Kini


Angin laut berhembus diantara pepohonan kelapa, deru ombak berkejaran, menerjang pantai yang dipenuhi kulit kerang. Indah memang suasana Pantai Kijing.

Namun keindahan itu, tak semanis dengan rejeki yang diperoleh para pedagang, pencari nafkah di pantai yang terletak 18 km dari Kota Mempawah, Kabupaten Pontianak tersebut.

Seorang diantaranya, Abdul Karim (43), ia hanya bisa duduk termangu sambil menghisap sebatang rokok di kantinnya yang sepi. Pria bertubuh kurus itu, menatap jauh kebatas laut.

“Sudah Sepekan ini tak seorang pengunjung pun yang mampir ke kantin saya,” ujar Abdul dengan suara pelan. Ayah dua anak ini, stelah 17 tahun mengais rejeki di pantai yang dipenuhi pohon kelapa itu.

Kata dia, saat ini Pantai Kijing bukan primadona lagi, jarang sekali penikmat pantai yang mengunjungi lokasi wisata yang tak jauh dari Pulau Temajo itu.

“Kalau ada 100 orang saja yang mengunjungi pantai pada hari minggu, itu sudah kami anggap ramai,” tambah Abdul, kemudian menekuk kedua lututnya.

Sepinya Pengunjung, menurut Abdul, karena kurangnya promosi dari Pemerintah Kabupaten Pontianak, serta infrastruktur wisata yang tidak memadai.

Di Pantai Kijing tidak terdapat satupun penginapan untuk wisatawan, tidak ada kolam renang, Pantainya juga tampak tak terpelihara, rerumputan yang semakin meninggi, serta potongan kayu mati yang mengotori hamparan pantai pasir putih.

Bahkan sarana yang sudah berdiri sangat tidak terawat, pentas yang ada sudah kumuh, dengan atap yang sudah hancur pada sisi depannya, Musola juga kotor dipenuhi debu, hiasan pantai seperti patung gajah dan naga, kotor dan kusam, serta telah retak juga pecah.

“Sekarang tempat ini memprihatinkan,” tutur Pendi, warga Sui Kunyit, yang juga membuka warung di Pantai Kijing. Ia berharap, pemerintah daerah, segera membenahi lokasi pantai, dan menyelenggarakan acara wisata di lokasi itu sebagai sarana promosi.

Di Pantai Kijing terdapat lebih dari 30 kantin, sebagian pemilik telah menutup usahanya sebab merugi setiap hari. Beberapa penghuni masih bertahan, karena mereka hidup dan tinggal di kantin-kantin tersebut.

“Menu yang kami jual disini terbilang murah, namun tetap saja pengunjung yang datang semakin berkurang,” kata Ira, seorang pemilik kantin. Sebagai pembanding, wanita itu menjelaskan, segelas es teh hanya seharga Rp 2.000, sama dengan harga di Kota Mempawah.

“Saya tidak tahu, sampai kapan kami dapat bertahan, sampai kapan Pantai Kijing ini bersinar kembali,” ketus Ira.

Memang sayang, tempat wisata yang indah tidak dikelola dengan baik. Pantai Kijing sekarang telah sepi, sia-sia batang nyiur yang melambai, suara ombak yang memanggil.(dng)

Tidak ada komentar: