Senin, 21 Juli 2008

Enaknya Mie Pangsit


Hujan deras mengguyur Kota Sui Pinyuh, Senin (21/7), pertokoan tampak sepi dari pembeli, namun hal berbeda tampak di gerai Mie Pangsit Ana, yang terletak tak jauh dari teminal transit Pinyuh.

Para penikmat Mie Pangsit kelihatan dengan lahapnya meludeskan isi mangkuk dihadapan mereka.

Tak perduli, kuah yang masih panas, masakan khas warga Thionghoa itu disantap sambil menyeka keringat yang berkucuran di dahi.

“Uaah… enak benar. Di tambah lada dan cabe, nikmat dimakan hujan-hujan begini,” ujar Ernes (24), seorang pelanggan Mie Pangsit Ana.

Menurut sopir jurusan Pontianak-Bengkayang ini, tidak ada mie kuah lain yang dapat mengalahkan rasa dari Mie Pangsit. “Nikmatnya mie, meledak di lidah,” timpalnya, sambil tertawa.

Kata dia, meski di Sui Pinyuh terdapat banyak makanan oriental lainnya, seperti Chapchai, Bubur Ikan, Nasi Merah, Sop Ikan ,dll, namun ia lebih memfavoritkan Mie Pangsit. “Seluruh isi mangkuk ini lezat, pasti saya habiskan,” kata Ernes, seraya menegak kuah mie yang masih tersisa tanpa malu-malu.

Ernes mengaku, sebenarnya, Mie Pangsit enak dinikmati bersama teman-teman, tapi karena hujan yang lebat, ia hanya pergi sendirian ke gerai mie.

Sedangkan, pelanggan lain, Yulianus Hermanto, Pegawai Koperasi di Bengkayang, mengatakan dirinya memang mengidolakan Mie Pangsit.

“Kemana pun pergi, saya selalu mencari tempat menjual Mie Pangsit,” tutur Yulianus, sembari memesan seporsi Mie Pangsit.

Tak lama mie pesanan akhirnya tiba, aroma yang menggugah selera, membuat pencium menelan liur. “Nah, ini dia makan yang menggoyangkan isi mulut,” canda pria yang berusia 27 tahun itu.

Yulianus segera, mengaduk mie yang ditabur dengan, daging merah, udang, cambah, dan bakso ikan itu, dengan dua batang sumpit. Tak lupa, ia membubuhkan lada, mencurahkan cabai, kecap, serta cuka yang tersedia diatas meja sajian.

“Ayo bang, pesan saja, mie ini enak sekali,” kata Yulianus kepada Tribun, dengan mulut yang penuh dengan mie kuning.

Ia menuturkan, bila ada tiga mangkuk mie saat itu, tentu habis dilahapnya. “Maklum lagi lapar,” tambahnya.

Bagi Yulianus, harga Mie Pangsit Ana masih terjangkau, mie yang dipatok Rp 7 ribu tiap porsi itu, setimpal dengan rasa yang disajikan.

Harga mie, sebenarnya bervariasi, tergantung pesanan dari pelanggan, bila ingin daging merah atau udang ditambah, bisa mencapai Rp 10 ribu.

“Kita sesuaikan dengan keinginan pembeli saja,” ujar Ana, Pemilik gerai. Sehari-harinya, wanita berusia 29 tahun ini, bisa menjual lebih dari 100 porsi mie Pangsit.

Kata Ana, pembeli mie di gerainya, memang sudah langganan. “Biasa ada Anggota dewan yang makan disini, begitu pulai pegawai pemerintah,” Ana menceritakan.

Tapi ramainya pelanggan, bukan tanpa sebab, Ana dapat mempertahankan rasa dari Mie Pangsit buatannya. “Bumbu-bumbu mie ada takaran khusus, tapi itu adalah rahasia, saya tidak bisa beri tahu,” kata Ana, sambil tersenyum.

Usaha Mie Pansit, pertama kali digeluti suami Ana, Athin (49), sekitar 20 tahun yang lalu. Saat itu, mereka belum menikah, sekarang yang menjual mie adalah Ana, sedangkan Athin di rumah membuat mie dan menyiapkan bumbu serta bahan lainnya.

“Mie ini buatan sendiri, kalau dibeli rasanya akan berbeda,” timpal Ana. Bukan itu saja, bakso ikan dan empeng udang juga buatan Ana dan suaminya.(dng)

1 komentar:

infogue mengatakan...

artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
Artikel kuliner terhangat
Artikel anda di infogue

anda bisa promosikan artikel anda di http://www.infogue.com/ yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!