Senin, 21 Juli 2008

Rumah Walet di Tengah Sawah


Suara kicauan burung di persawahan, pada pagi hari, mungkin terdengar seperti cerita yang manis dari pedesaan.

Kicauan ini berkumandang, di Kecamatan Sui Pinyuh, Desa Sui Bakau Besar, di hamparan sawah tak jauh dari SDN 8.

Senandung burung walet ini tak alami, karena berasal dari suara tape, yang berfungsi untuk memancing walet laut singgah dirumah burung yang mulai menjamur di daerah tersebut.

Lahan sawah disekitar Desa Sui Bakau Besar, kini telah di invasi oleh tingginya bangunan rumah burung walet. Areal yang seharusnya digunakan untuk menghasilkan sumber pangan, beras, perlahan disulap menjadi ternak walet.

Tidak alang-alang, rumah-rumah walet ini menjulang sampai 20 meter, yang terdiri dari empat lantai, mengalahkan bangunan SDN 8, yang tak jauh dari lokasi itu.

“Biaya mendirikan satu bangunan ini sekitar Rp 800 juta,” ujar Atong (48), penjaga rumah walet.

Dana sebesar itu, tentunya berasal dari pengusaha-pengusaha berdompet tebal. Atong menuturkan, pemilik ternak walet itu, berasal dari luar Kalbar, Bandung dan Semarang.

“Mereka ini pengusaha jasa angkutan kapal, yang kapal tankernya menyandar dipelabuhan Pontianak,” jelas Atong, sambil memisahkan potongan kayu yang akan dijadikan penahan saran burung walet.

Katanya, hanya sedikit pengusaha lokal yang mampu mendirikan rumah-rumah walet itu, karena menggunakan modal yang besar.

Rumah walet yang telah berhasil panen empat sampai lima kali, biasanya dijual kepada pengusaha lain untuk dikelola. “Seperti yang rumah yang disamping, dijual seharga Rp 1,2 miliar,” ujar Atong sambil menghisap sebatang rokok.

Memang sangat menggiurkan berbisnis sarang walet, tiap lantai rumah walet bisa menghasilkan panen 1 kg sarang burung per tiga bulan. “Untuk sarang putih yang dihasilkan di Sui Pinyuh, harganya diatas Rp 20 juta per kg-nya,” timpalnya, sambil terus merendam potongan kayu.

Luar biasa, bayangkan saja keuntungan yang diperoleh, jika rumah walet yang sudah produktif dikelola selama dua atau tiga tahun. Namun demikian, biasanya pemilik akan melepaskan rumah waletnya kepada pengusaha yang berani menawarkan harga yang tinggi setelah beberapa kali panen.

Sungguh usaha yang menguntungkan, walau mengorbankan lahan pertanian, walau merubah butiran padi menjadi sarang walet, walau membuat petani menjerit.

Asang , wanita paruh baya, yang lahan sawahnya dibeli untuk dijadikan rumah walet, mengaku memerlukan uang, sehingga harus menjual tanahnya.

“Tapi sisa lahan sawah saya tidak akan dijual, karena satu-satunya warisan yang tersisa,” tutur Asang, namun ia ragu bisa bertahan sampai kapan, karena kebutuhan hidup saat ini semakin menjepit.(dng)

3 komentar:

yudivirgo mengatakan...

CENTRAL BELANJA BAHAN DAN SARANA RUMAH BURUNG WALET (RBW) ONLINE

TOTAL SOLUSI RUMAH BURUNG WALET ANDA, TEMUKAN KUNCI SUKSESNYA DI SINI

www.waletsuper-samarinda.com

Unknown mengatakan...

assalamualikum wb. saya ibu farida dlunya saya sangat susah hamil dan segala proses sudah saya jalankan namun tdk pernah berhasil. Tapi Alhamduliah Setelah Saya Bertemu dengan Seorang teman dan memberikan jalan Atas Injin Allah Swt Saya Sudh Memiliki 2 anak dan Di bantu oleh Ki Sultan AGung 085242892678 atau bisa kunjungi KLIK DISINI

Unknown mengatakan...

Asa.wr.wb.saya punya lahan 2000 m2 di tengah sawah dan ada 4 kolam.ikan apa cocok untuk budidaya sarang walet lokasi di Bekasi..apakah suhunya memungkinkan..dan apakah cocok utk ternak walet trimaksih